Monday, January 2, 2012

Sedikit Mengenai Durban, Afrika Selatan

Durban (dalam bahasa Zulu disebut dengan eThekwini, berasal dari kata itheku yang berarti Teluk) merupakan kota terbesar di propinsi KwaZulu Natal dan merupakan kota terbesar ketiga di Afrika Selatan. Kota ini merupakan bagian dari kota metropolitan eThekwini. Durban merupakan kota pelabuhan tersibuk di Afrika Selatan. Kota ini juga menjadi salah satu pusat wisata karena cuaca subtropisnya yang hangat serta pantainya yang luas. Kota ini, termasuk kota-kota di sekitarnya, memiliki 4,5 juta penduduk, menjadikan kota ini kota terbesar di pantai timur benua Afrika. Luas kota metropolitan ini adalah 2.292 km2 dimana hal tersebut relatif lebih luas dibandingkan kota-kota lain di Afrika Selatan, dan dengan luas tanah tersebut kepadatan penduduknya rendah dengan angka 1.513/km2.


Fakta yang diperoleh dari penelitian Arkeologis yang dilakukan di pegunungan Drakensberg menunjukkan bahwa wilayah Durban didiami oleh masyarakat pemburu-peramu sejak 100.000 SM. Masyarakat ini, menempati daerah yang sekarang disebut dengan KwaZulu Natal hingga masa ekspansi petani Bantu dan para pastoral dari daerah Utara, menyaksikan perpindahan, penggabungan serta pemusnahan kaum mereka yang terjadi secara bertahap.


Sejarah penduduk awal kota ini tidak banyak diketahui oleh karena tidak adanya sejarah tertulis atas wilayah ini hingga Vasco da Gama, yang saat itu sedang berlayar menyusuri pantai KwaZulu Natal, berlabuh di Christmastide pada tahun 1497 sementara mencari rute dari Eropa ke India. Dia menamai wilayah tersebut dengan sebutan “Natal” yang berarti Natal dalam bahasa Portugis.


Saat ini, Durban merupakan pelabuhan kontainer terramai di Afrika dan merupakan salah satu tujuan wisata yang populer. The Golden Mile, dikembangkan menjadi tujuan wisata pada tahun 1970 seiring dengan pengembangan sebagian besar wilayah Durban sebagai tujuan wisata, menawarkan paket-paket wisata yang cukup banyak terutama untuk turis yang datang berlibur dari Gauteng. The Golden Mile dipugar lagi pada akhir tahun 2009 untuk persiapan Piala Dunia FIFA pada tahun 2010. Golden Mile diperkenalkan kembali dan diperluas dari Ushaka Marine World hingga Stadium Moses Mabhida. Tempat ini juga merupakan surga bagi keluarga-keluarga penyuka olahraga bersepeda. Anda dapat menyewa sepeda di tempat-tempat penyewaan dekat kota Mino untuk sehari penuh. Pantai-pantai terkenal Durban juga terletak di Golden Mile. Kota ini juga merupakan jalan masuk ke taman-taman nasional dan situs-situs bersejarah Zululand dan Drakensberg.

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Durban


Durban Selatan merupakan pusat industri dari Kotamadya Durban. Pembangunan berkelanjutan dari wilayah tersebut dibarengi dengan meningkatnya permasalahan lingkungan yang berdampak pada kualitas hidup masyarakatnya. Demokratisasi politik pada periode tahun 1994 telah membuka akses bagi masyarakat setempat untuk menuntut keadilan lingkungan dan meminta hak mereka atas lingkungan yang aman dan sehat, sebagaimana tertera dalam Konstitusi Afrika Selatan. Fokus tuntutan tersebut melahirkan gagasan-gagasan awal ... dan respon terhadap isu-isu lingkungan, terutama dalam hal polusi udara di Durban Selatan ...Terutama permasalahan yang dihadapi wanita-wanita kulit hitam yang menanggung beban tambahan yang berada dekat dengan sumber polusi yang disebabkan oleh perencanaan lingkungan negara yang rasis ...


Keadilan lingkungan berfokus pada hubungan antara grup yang termajinalkan serta isu-isu lingkungan, dan juga pada nilai paparan polusi yang tidak proporsional yang mengenai kelompok-kelompok marjinal perlu merangkul banyak pihak dan perlunya menkonfrontasi struktur kekuatan yang mendasarinya, hubungan-hubungan sosial, pengaturan lembaga dan wacana-wacana lingkungan yang menyebabkan risiko pada lingkungan. Sebagian besar memandanganya sebagai perpanjangan dari keadilan sosial yang di dalamnya mencakup hak atas lingkungan yang sehat.
Sumber: http://www.jstor.org/pss/4066473



Permasalahan-permasalahan Lingkungan di Durban Selatan

Emisi beracun dari industri yang dilepaskan ke udara dan air merupakan potensi ancaman pada kesehatan masyarakat, pekerja, dan lingkungan Durban Selatan. Terlebih lagi adalah praktik-praktik operasional beberapa perusahaan yang menyebabkan tumpahnya dan semprotan periodik minyak, kecelakaan industri, keamanan dan rencana darurat pekerja dan lingkungan yang tidak sesuai, kecelakaan truk-truk pengangkut dan pembuangan limbah beracun ilegal.

Polusi industri mengambil bentuk bermacam-macam. Sebagaimana yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif Air dan Limbah Perumahan Asosiasi Merebank pada tahun 1992. “Keluhan yang disampaikan oleh warga berhubungan dengan polusi udara, suara, lalu lintas dan keamanan, kontaminasi air dan tampilan ameniti telah terbukti. “Pemukiman liar yang tidak mendapatkan pelayanan meningkat jumlahnya pada beberapa tahun terakhir dan telah menyumbangkan polusi air yang meningkat secara signifikan.


Industri yang telah terletak di Durban Selatan, Afrika Selatan termasuk perusahaan-perusahaan besar Afrika Selatan internasional . Diantara perusahaan-perusahaan tersebut adalah Engen, yang hingga tahun 1996 merupakan grup industri minyak terbesar milik pemerintah Afrika Selatan (sekarang mayoritas dimiliki oleh Petronas, perusahaan minyak Malaysia); Sapref, kilang minyak mentah terbesar di Afrika Selatan (yang dimiliki oleh Shell dan BP Afrika Selatan Selatan Afrika), AECI, konglomerat raksasa dari 15 industri produsen kimia yang berbeda di bagian selatan Umlazi di Umbogentwini; dan Perusahaan kertas Mondi, salah satu pabrik kertas individu terbesar di dunia (anak perusahaan utama dari Anglo American Industrial Corporation Ltd).


Terlebih lagi, ada beberapa perusahaan yang memproduksi gula halus, plastik, kromium, produk-produk berbahan asbes, produk tekstil dan fiber, produk cat dan galvanisir. Semuanya mengatakan bahwa terdapat 120 industri cerobong asap yang menghasilkan banyak varitas minyak dan produk kimia lainnya di Durban Selatan.
Sumber: http://www.h-net.org/~esati/sdcea/environmentalproblems.html



12 Pembuat Polusi di Durban
Publikasi – 5 Desember 2011

12 Pembuat Polusi di Durban merupakan perwakilan-perwakilan industri yang menghasilkan polusi dan menghadang jalan kita untuk melakukan kesepakatan global dimana kita berusaha untuk membatasi dan membalikkan emisi GHG di seluruh penjuru dunia. Laporan Greenpeace yang berjudul “Siapa yang telah Menghadang Jalan kita?” mendokumentasikan usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak-pihak di seluruh dunia, yang acapkali merupakan kegiatan yang terkoordinir, untuk membatasi, mengurangi atau meniadakan peraturan dan kebijakan pengurangan emisi GHG.

1. Jorma Ollila, Ketua, Royal Dutch Shell
2. Lorraine Mitchelmore, CEO, Shell Canada
3. David Collyer, Presiden,Canadian Association of Petroleum Producers
4. Thomas Donohue, Presiden dan CEO,US Chamber of Commerce
5. Lakshmi Mittal, Ketua dan CEO, ArcelorMittal
6. Jürgen R. Thumann, Presiden, BusinessEurope
7. David and Charles Koch, Koch Industries
8. Marius Kloppers, CEO, BHP Billiton
9. Dr. Kurt Bock, Ketua Badan Eksekutif Direktur, BASF
10. Jean-Guy Carrier, Sekertaris Jenderal, International Chamber of Commerce
11. Jack N Gerard, Presiden,American Petroleum Institute
12. Brian Dames, CEO, Eskom


Sumber: http://www.greenpeace.org/international/en/publications/The-Dirty-Dozen-in-Durban/





English Version



Durban (Zulu: eThekwini, from itheku meaning 'bay') is the largest city in the South African province of KwaZulu-Natal and the third largest city in South Africa. It forms part of the eThekwini metropolitan municipality. Durban is famous for being the busiest port in South Africa. It is also seen as one of the major centres of tourism because of the city's warm subtropical climate and extensive beaches. The municipality, which includes neighbouring towns, has a population of almost 4.5 million, making the combined municipality the biggest city on the east coast of the African continent. The metropolitan land area of 2,292 square kilometres (885 sq mi) is comparatively larger than other South African cities, resulting in a somewhat lower population density of 1,513 /km2 (3,920 /sq mi).



Archaeological evidence from the Drakensberg mountains suggests that the Durban area has been inhabited by communities of hunter-gatherers since 100,000 BC. These people lived throughout the area of present day KwaZulu-Natal until the expansion of Bantu farmers and pastoralists from the north saw their gradual displacement, incorporation or extermination.



Little is known of the history of the first residents, as there is no written history of the area until it was sighted by Portuguese explorer Vasco da Gama, who sailed parallel to the KwaZulu-Natal coast at Christmastide in 1497 while searching for a route from Europe to India. He named the area "Natal", or Christmas in Portuguese.



Today, Durban is the busiest container port in Africa and a popular tourist destination. The Golden Mile, developed as a welcoming tourist destination in the 1970s, as well as Durban at large, provides ample tourist attractions, particularly for people on holiday from Gauteng. The Golden Mile was redeveloped late 2009 in time for the 2010 FIFA world cup. It was resurfaced and widened from Ushaka Marine World all the way to the Moses Mabhida Stadium. The Golden Mile has become a cyclist paradise with families. You can rent a bike for the day at the bicycle rental shop next to the Mino Town. Durban's most popular beaches are also located along the Golden Mile. The city is also a gateway to the national parks and historic sites of Zululand and the Drakensberg.

Source: http://en.wikipedia.org/wiki/Durban



South Durban is the industrial heartland of the Durban Unicity. The progressive development of the area has been accompanied by increasing environmental problems that impact on the quality of life adjacent communities. The political democratization in the period since 1994 has created the space for local communities to demand environmental justice and claim their rights to a safe and healthy environment, a right guaranteed in South Africa’s Constitution. This focus provides some preliminary insights. This focus provides some preliminary insights … and responses to environmental issues, particularly air pollution in South Durban … This is particularly the case for black women, who bear the additional burden of closer proximity to pollution sources as a result of the environmentally racist state planning …



… Environmental justice focuses on the relationship between marginalized groups and environmental issues, as well as on the disproportionate exposure of marginalized groups to pollution suggests that environmental justice needs to reach out across space and confront the underlying power structures, social relations, institutional arrangements and environmental discourses that cause environmental risk. Most refer to it as an extension of social justice that includes the right of all to a healthy environment.

Source: http://www.jstor.org/pss/4066473



Environmental Problems in South Durban



Toxic emissions from industries into the air and water are a potential threat to the health of communities, workers, and the environment in South Durban. So, too, are poor operating practices by some companies that have led to periodic oil spills and sprays, industrial accidents, inadequate safety and emergency plans for workers and neighbourhoods, truck accidents, and illegal dumping of toxic wastes.



Pollution from industry takes many forms. As the Executive Director of Water and Waste wrote to the Merebank Residents Association as long ago as September 1992, "The complaints of the Merebank residents relating to air pollution, noise pollution, traffic generation and safety, water contamination and visual amenity in the area were justified." Unserviced informal settlements that have rapidly expanded in recent years also have contributed significantly to water pollution.

The industries that have located in South Durban include major South African and international companies. Among these companies are ENGEN, until 1996 the largest South African-owned integrated petroleum group (now majority-owned by Petronas, the Malaysia petroleum company); Sapref, the largest crude oil refinery in Southern Africa (owned by Shell South Africa and BP Southern Africa); AECI, a very large conglomerate of 15 different chemical-producing companies south of Umlazi in Umbogentwini; and Mondi Paper Company, one of the largest individual paper mills in the world (a major subsidiary of Anglo American Industrial Corporation Ltd).



In addition, there are companies that produce refined sugar, plastics, chromium, asbestos products, textiles and fibre products, galvanizing and paint products. All told, there are approximately 120 "smokestack industries" that produce a wide variety of petroleum and other chemical products in South Durban.

Source:http://www.h-net.org/~esati/sdcea/environmentalproblems.html



The Dirty Dozen in Durban

Publication - December 5, 2011

The Dirty Dozen are the top representatives of those corporate polluters that are holding us back from a global deal to limit and reverse GHG emissions worldwide. Greenpeace’s report ‘Who’s Holding Us Back?’ has documented the global effort, often well coordinated, to limit, reduce or eliminate regulation and legislation that would reduce GHG emissions.



1. Jorma Ollila, Chairman, Royal Dutch Shell
2. Lorraine Mitchelmore, CEO, Shell Canada
3. David Collyer, President, Canadian Association of Petroleum Producers
4. Thomas Donohue, President and CEO, US Chamber of Commerce
5. Lakshmi Mittal, Chairman and CEO, ArcelorMittal
6. Jürgen R. Thumann, President, BusinessEurope
7. David and Charles Koch, Koch Industries
8. Marius Kloppers, CEO, BHP Billiton
9. Dr. Kurt Bock, Chairman of the Board of Executive Directors, BASF
10. Jean-Guy Carrier, Secretary-General, International Chamber of Commerce
11. Jack N Gerard, President, American Petroleum Institute
12. Brian Dames, CEO, Eskom

Source: http://www.greenpeace.org/international/en/publications/The-Dirty-Dozen-in-Durban/

No comments:

Post a Comment